Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Bell’s Palsy di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi

Authors

  • Farid Rahman Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Nabila Tiabarte Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Maryam Habibah Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Arvindha Faradilla Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Ory Kusti Oviandar Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • S Sukatwo Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM Soedjarwadi, Klaten

Keywords:

Bell’s palsy, infra red, electrical stimulation, massage, ugo fisch scale, manual muscle testing

Abstract

Bell’s palsy adalah gangguan saraf dimana terjadinya kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer dari nervus VII yang penyebabnya belum diketahui secara pasti dengan onset akut dalam waktu 72 jam tanpa adanya penyakit neurologis lainnya. Prevalensi angka kejadian secara global yaitu 15 – 20 per 100.000 dengan 40.000 kasus baru setiap tahun. Prognosis tergantung pada jenis lesi. Sekitar 70% pasien pulih sepenuhnya dalam waktu 6 bulan dan 30% pasien tidak pulih sepenuhnya. Seorang perempuan berumur 49 tahun, berprofesi sebagai petani dan muslim, berdomisili di Randulanang, klaten. Hasil pemeriksaan yang dilakukan pada pasien, ditemukan adanya asimetri pada salah satu sisi wajah terutama mulut yang merot ke kiri, adanya keterbatasan saat mengedipkan mata, keterbatasan bersiul, keterbatasan dalam mengerutkan dahi, tersenyum. Laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam meningkatkan kekuatan otot-otot wajah dan meningkatkan kemampuan fungsional otot-otot wajah. Modalitas fisioterapi yang bisa digunakan untuk menangani problematika pasien bell’s palsy adalah infra red, electrical stimulation, dan massage. Metode yang digunakan berupa rancangan studi kasus tunggal dengan melakukan pengukuran ugo fisch scale dan manual muscle testing yaitu membandingkan antara skor sebelum dan sesudah intervensi. Setelah dilakukan terapi selama 2 kali didapati adanya peningkatan skala ugo fisch scale pada T1 : 54 menjadi T2: 88. Terdapat peningkatan kekuatan otot wajah frontalis pada T1: 1 menjadi T2: 3, otot corrugator supercilii T1: 3 menjadi T2: 5, otot procerus T1: 1 menjadi T2: 3, otot orbicularis oculi T1: 3 menjadi T2: 5, otot nasalis T1: 1 menjadi T2: 3, otot depressor anguli oris T1: 1 menjadi T2: 3, otot orbicularis oris T1: 3 menjadi T2: 5, otot buccinator T1: 1 menjadi T2: 3.

References

[1] M. J. Warner, J. Hutchison, and M. Varacallo, "Bell palsy," in StatPearls [Internet] : StatPearls Publishing, 2022.
[2] I. Nurhaliza and D. Agustina, "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA BELL’S PALSY DENGAN MODALITAS INFRA RED, TENS, MASSAGE, DAN MIRROR EXERCISE," Jurnal Gentle Birth, vol. 5, no. 1, pp. 43-49, 2022.
[3] J. G. Heckmann, P. P. Urban, S. Pitz, and O. Guntinas-Lichius, "The diagnosis and treatment of idiopathic facial paresis (Bell’s palsy)," Deutsches Ärzteblatt International, vol. 116, no. 41, p. 692, 2019.
[4] W. Zhang, L. Xu, T. Luo, F. Wu, B. Zhao, and X. Li, "The etiology of Bell’s palsy: a review," Journal of Neurology, vol. 267, no. 7, pp. 1896-1905, 2020.
[5] R. A. Setianingrum, "Penatalaksanaan Elektrikal Stimulasi dan Mirror Exercise Fisioterapi pada Kasus Bells Palsy Sinistra di RSI Sunan Kudus: Management of Electrical Stimulation and Mirror Exercise Physiotherapy in the Case of Sinistra Bell Palsy at RSI Sunan Kudus," Journal of Health and Therapy, vol. 1, no. 2, pp. 1- 7, 2021.
[6] D. Somasundara and F. Sullivan, "Management of Bell’s palsy," Australian prescriber, vol. 40, no. 3, p. 94, 2017.
[7] R. Sahu, "The Effect of Physiotherapy Management with Electrical Muscle Stimulation and Taping on a Patient of Bell’s Palsy after Covid-19 Recovery: A Case Study," J Nov Physiother, vol. 11, no. 449, p. 2, 2021.
[8] R. F. Baugh et al., "Clinical practice guideline: Bell’s palsy," Otolaryngology–Head and Neck Surgery, vol. 149, no. 3_suppl, pp. S1-S27, 2013.
[9] S.-R. Tsai and M. R. Hamblin, "Biological effects and medical applications of infrared radiation," Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology, vol. 170, pp. 197-207, 2017.
[10] Z. Abidin and D. Haryanto, "Pengaruh Infra Red, Massage Dan Mirror Exercise Pada Bell's Palsy," Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, vol. 1, no. 2, pp. 18-25, 2017.
[11] S. Amanati, D. Purnomo, and Z. Abidin, "Pengaruh Infra Red dan Elektrical Stimulation serta Massage terhadap Kasus Bell’s Palsy Dekstra," JurnalFisioterapi Dan Rehabilitasi, vol. 1, no. 1, pp. 9-15, 2017.
[12] Z. Abidin, A. A. Amin, and D. Purnomo, "Pengaruh infra red dan massage terhadap Bell’s palsy dextra," Jurnal Fisioterapi Dan Rehabilitasi, vol. 1, no. 1, pp. 41-48, 2017.
[13] B. Goo, H.-N. Kim, J.-H. Kim, and S.-S. Nam, "A bibliometric analysis of research on the treatment of facial nerve palsy," Medicine, vol. 100, no. 33, 2021. [Online]. Available: https://journals.lww.com/mdjournal/ Fulltext/2021/08200/A_bibliometric_analysis_of_research_on_the.47.aspx.
[14] A. Fauzi, "Pengaruh Pemberian Ozon terhadap Waktu Penyembuhan Luka Insisi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar," Fakultas Kedokteran (UNISBA), 2016.
[15] N. N. Ansari et al., "Effect of therapeutic infra-red in patients with non-specific low back pain: a pilot study," Journal of bodywork and movement therapies, vol. 18, no. 1, pp. 75-81, 2014.
[16] B. Trisnowiyanto, "Instrumen Pemeriksaan Fisioterapi dan Penelitian Kesehatan," 2012.

Downloads

Published

2023-01-04

How to Cite

Rahman, F., Tiabarte, N., Habibah, M., Faradilla, A., Oviandar, O. K., & Sukatwo, S. (2023). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Bell’s Palsy di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. RM. Soedjarwadi. Prosiding University Research Colloquium, 569–576. Retrieved from https://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/2476