Analisis Ketimpangan Wilayah dan Interaksi Spasial di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur

Authors

  • Bruce Maldy Pratama Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Ega Abellana Gustika Madriyanti Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Deas Santrika Ursullia Universitas Muhammadiyah Surakarta

Keywords:

Wilayah,, Ketimpangan,, Interaksi Spasial, Skolagram dan Gravitasi

Abstract

Ketimpangan wilayah di Indonesia tidak hanya terjadi secara nasional
antara wilayah Indonesia bagian barat dan wilayah Indonesia bagian
timur tetapi juga terjadi secara lokal atau intra-regional. Penelitian
ini mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan alasan karena Kabupaten Lembata
merupakan salah satu Kabupaten yang masuk kategori daerah
tertinggal di Indonesia. Unit analisis dalam penelitian ini adalah unit
wilayah administrasi kecamatan di Kabupaten Lembata. Terdapat
sembilan kecamatan di Kabupaten Lembata. Rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana ketimpangan wilayah yang terjadi di
Kabupaten Lembata secara intra-regional dan bagaimana interaksi
spasial di wilayah ini. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui
ketimpangan wilayah yang terjadi di Kabupaten Lembata secara intraregional
dan untuk mengetahui interaksi spasial di wilayah ini. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
kelengkapan fasilitas sosial, jumlah penduduk dan jarak antar-wilayah
kecamatan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data Kabupaten Lembata dalam angka 2017 dan Kecamatan dalam
angka 2017 yang diproleh dari Badan Pusat Statistik daerah setempat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian analisis
data sekunder. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis skolagram dan analisis gravitasi. Hasil penelitian
menunjukan bahwa telah terjadi ketimpangan wilayah secara intraregional
yang ekstrim di Kabupaten Lembata antara Kecamatan
Nubatukan dan kecamatan lainnya. Kecamatan Nubatukan merupakan
satu-satunya Kecamatan yang menempati hierarki I dalam sistem
ruang Kabupaten Lembata yang terdiri IV kelas hierarki. Kecamatan
yang lainnya hanya menempati hierarki IV dalam sistem ruang
Kabupaten Lembata. Interaksi spasial di Kabupaten Lembata
bervariasi dimana interaksi antara wilayah Kecamatan Buyasuri dan
Kecamatan Omesuri terhadap Kecamatan Nubatukan sangat lemah.
Berdasrkan berbagai hasil yang diproleh dapat disimpulkan bahwa,
ketimpangan wilayah secara intra-regional yang terjadi di Kabupaten
Lembata banyak disebabkan oleh faktor kurangnya kelengkapan
fasilitas sosial sedangkan faktor

References

Amin, Choirul dan Musiyam, Muhammad (2017). Pengantar Perencanaan Wilayah: Perspektif
Geografi. Surakarta: Muhammadiyah University Press.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lembata, (2017). “Kabupaten Lembata Dalam Angka 2017”.
Ghafara, G dkk (2015). “Kajian Skolagram Guttman dan Indeks Sentralitas Marshall Untuk
Penentuan Pusat-Pusat Pelayanan Wilayah. Studi Kasus: Kabupaten Simalungun
Provinsi Sumatra Utara”. Makalah. Dosen Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STINAS).
Jhonston, Mellisa (2014). “Secondary Data Analysis: A Method Which The Time Has Come”.
Qualitaive and Quantitative Methods in Libraries (QQML) 3:619-626, 2014. School of
Library and Information Studies, University of Alabama, Tuscaloosa, AL, USA
Nainggolan P (2012). “Analisis Penentuan Pusat-Pusat Ekonomi di Kabupaten Simalungun”.
Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.1 No.12
Soares Lucas, dkk (2017). “Analisis Disparitas dan Interaksi Spasial di Timor Leste”. Journal
of Regional and Rural Divelopment Planning. Februari 2017, 1 (1):74-86

Downloads

Published

2018-02-21

How to Cite

Pratama, B. M., Madriyanti, E. A. G., & Ursullia, D. S. (2018). Analisis Ketimpangan Wilayah dan Interaksi Spasial di Kabupaten Lembata Provinsi Nusa Tenggara Timur. Prosiding University Research Colloquium, 204–214. Retrieved from https://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/173