Analisis Ketidaksantunan Tokoh Bagong dalam Pagelaran Wayang Kulit Ki Seno Nugroho

Authors

  • Imam Prakoso Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada

Keywords:

Ketidaksantunan, wayang kulit, Bagong, Ki Seno Nugroho

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tentang bentuk ketidaksantunan yang digunakan dalam pertunjukan wayang kulit. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori ketidaksantunan Culpeper yang terdiri dari lima aspek yaitu ketidaksantunan langsung (Bald on record), ketidaksantunan positif (positive impoliteness), ketidaksantunan negative (negative impoliteness), sarkasme (mock politeness), dan ketidaksantunan tidak langsung (off-record impoliteness). Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan mendeskripsikan setiap data berupa tuturan verbal ke dalam kategorisasi ketidaksantunan berbahasa Culpeper. Data diperoleh dengan metode simak melalui video unggahan di laman resmi youtube miliki Ki Seno Nugroho bernama “Dalang Seno”. Pemilihan lakon juga didasarkan pada judul yang mengangkat tema atau memunculkan tokoh Bagong seperti Semar Mbangun Kayangan, Semar Boyong, Semar Mantu, Semar Mbangun Pendhapa, Semar Mbangun Pura Kencana, Bagong Dhuta, Bagong Gugat, dan Bagong Mbangun Desa. Selain itu, tuturan verbal yang menjadi data penelitian ini hanya terdiri dari cerita inti lakon tanpa babak limbukan dan gara-gara. Hal tersebut dikarenakan limbukan dan gara-gara sudah mengalami modifikasi yang jauh dari struktur dramatik pertunjukan wayang serta digunakan untuk sarana hiburan antara dalang dengan kru pemusik maupun penonton. Lakon-lakon yang dipilih kemudian diunduh untuk mempermudah pemerolehan data dengan menggunakan teknik catat. Tahap terakhir dari metode penelitian ini adalah mengklasifikasikan data yang terkumpul ke dalam beberapa aspek ketidaksantunan Culpeper dengan memakai metode padan pragmatik. Hasil yang didapatkan yaitu adanya bentuk ketidaksantunan secara langsung, positif, negatif, sarkasme, dan tidak langsung. Selain itu, ketidaksantunan tokoh Bagong dilatarbelakangi oleh ekspresi kemarahan, kritik, maupun humor terhadap tokoh lain sebagai mitra tutur seperti sesama punakawan lain, raja, hingga dewa.

References

Brown P, Levinson SC. Politeness: some universals in language usage. Cambridge [Cambridgeshire]?; New York: Cambridge University Press; 1987. 345 p. (Studies in interactional sociolinguistics).

Cohen MI. Wayang Kulit Tradisional dan Pasca-Tradisional di JAwa Masa Kini. Jurnal Kajian Seni. 2018;01(01):1–18.

Culpeper J. Towards an anatomy of impoliteness. Journal of Pragmatics. 1996 Mar;25(3):349–67.

Culpeper J. Impoliteness: using language to cause offence. Cambridge?; New York: Cambridge University Press; 2011. 292 p. (Studies in interactional sociolinguistics).

Daly HL. On Insults. J of the Am Philos Assoc. 2018;4(4):510–24.

Dynel M. The landscape of impoliteness research. Journal of Politeness Research [Internet]. 2015 Jan 1 [cited 2020 Jan 11];11(2). Available from: https://www.degruyter.com/view/j/jplr.2015.11.issue-2/pr-2015-0013/pr-2015-0013.xml

Eka Saputra WN. Identifikasi Karakteristik Konselor Efektif Berdasarkan Tokoh Punakawan Bagong. JKP. 2016 Feb 28;4(1):58.

Golato A, Golato P. Pragmatics Research Methods. In: Chapelle CA, editor. The Encyclopedia of Applied Linguistics [Internet]. Oxford, UK: Blackwell Publishing Ltd; 2012 [cited 2020 Jan 24]. p. wbeal0946. Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/9781405198431.wbeal0946

Harsrinuksmo B, Sumari, Solichin, Sena Wangi (Jakarta), Sekretariat Nasional. Ensiklopedi wayang Indonesia Jil. 1, Jil. 1,. Jakarta: Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (Sena Wangi); 1999.

Jamet D, Jobert M, editors. Aspects of linguistic impoliteness. Cambridge: Cambridge Scholars Publ; 2013. 243 p.

Kayam U. Kelir tanpa batas. Cet. 1. Yogyakarta: Gama Media untuk Pusat Studi Kebudayaan (PSK) UGM, dengan bantuan The Toyota Foundation; 2001. 453 p.

Nurhayati E. SISTEM SAPAAN DALAM WAYANG KULIT. Diksi [Internet]. 2015 Nov 4 [cited 2020 Jan 11];15(2). Available from: https://journal.uny.ac.id/index.php/diksi/article/view/6602

Nuryantiningsih F, Pandanwangi WD. Politeness and Impoliteness in Javanese Speech Levels. In: Proceedings of the Fourth Prasasti International Seminar on Linguistics (Prasasti 2018) [Internet]. Surakarta, Indonesia: Atlantis Press; 2018 [cited 2020 Jan 31]. Available from: http://www.atlantis-press.com/php/paper-details.php?id=25899702

Poedjosoedarmo S. Tingkat TuturBahasa Jawa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; 1979.

Pranowo. Berbahasa secara santun. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2009. 154 p.

Rahardi R. PRAGMATIC PHENOMENA CONSTELLATION IN SPECIFIC CULTURE DIMENSION LANGUAGE STUDY. IJHS. 2017 Sep 15;1(1):84–92.

Rahardi RK, Setyaningsih Y, Dewi RP. KATA FATIS PENANDA KETIDAKSANTUNAN PRAGMATIK DALAM RANAH KELUARGA. Adabiyyat. 2014 Dec 31;13(2):149.

Sudaryanto. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa?: Pengantar Penelitian Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press; 2015.

Suganda D. Pemanfaatan Konsep ‘Muka’ (Face) dalam Wacana Wayang Golek?: Analisis Pragmatik. Jurnal Humaniora. 2007;19(3):248–60.

Sukmawan R. Refusal Politeness Strategy in Wayang Golek. IJL. 2017 Nov 29;9(6):19.

Downloads

Published

2020-05-12

How to Cite

Prakoso, I. (2020). Analisis Ketidaksantunan Tokoh Bagong dalam Pagelaran Wayang Kulit Ki Seno Nugroho. Prosiding University Research Colloquium, 358–381. Retrieved from https://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1023