Karakteristik Orang Tua Pada Bayi Stunting Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Kabupaten Boyolali

Authors

  • Indah Komala Sari Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Aniqoh Raudlatul Wardah Universitas Muhammadiyah Surakarta
  • Dwi Linna Suswardany Universitas Muhammadiyah Surakarta

Keywords:

Stunting, Kerdil, Status Gizi, Demografi Orang Tua

Abstract

Stunting merupakan salah satu masalah gizi pada balita yakni panang badantinggi badan bayi kurang dari -2 SD. Indonesia berada di peringkat tiga untuk masalah stunting sebesar 36,4% pada wilayah Regional Asia Tenggara tahun 2015-2017. Data dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah kejadian stunting mencapai 28%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik orang tua bayi stunting usia 6-24 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Kabupaten Boyolali. Metode penelitian deskriptif dan pengumpulan data melalui wawancara menggunakan kuesioner terstruktur dengan sampel sebanyak 139 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik orang tua bayi stunting banyak terjadi pada ibu usia aman (71,4%), 9 tahun pendidikan (87,8%), tidak memiliki BPJS (44,6%), pekerjaan petani (64,7%), sedangkan pada ayah pada usia aman (77,1%), 9 tahun pendidikan (85,6%), tidak memiliki BPJS (52,5%), pekerjaan petani (81,3%). Berdasarakan hasil penelitian tersebut peran Puskesmas sangat diperlukan untuk penunjang dan menurunkan angka stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Kabupaten Boyolali.

References

[1] Anugraheni, H.S. (2012). Faktor Resiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-36 Bulan Di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. Journal of Nutrition College, 1(1), 30-37.
[2] Akram, D.S., Arif, F. (2005). Ponderal Index of Low Birth Weight Babies-a Hospital Based Study. JPMA. 55-229.
[3] Irwansyah, I., Ismail, D. and Hakimi, M. (2016). Kehamilan remaja dan kejadian stunting anak usia 6–23 bulan di Lombok Barat. Berita Kedokteran Masyarakat, 32(6), pp.209-216.
[4] Kementerian Kesehatan RI. (2013). Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehaatn Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta.
[5] Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017. Jakarta.
[6] Nasution, D., Nurdiati, D.S. and Huriyati, E. (2014). Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan. Jurnal gizi klinik Indonesia, 11(1), pp.31-37.
[7] Anindita, P. (2012). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan Protein & Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6-35 Bulan Di Kecamatan Temabalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro 1.2 (2012).
[8] Larasati, et al. (2018). Hubungan Antara Kehamilan Remaja dan Riwayat Pemberian ASI Dengan Kejadian Stunting pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pujon Kabupaten Malang. Research Study. Hal. 392-401.
[9] Rahayu A, dkk (2014). Resiko Pendidikan Ibu Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak 6-23 Bulan. Penelitian Gizi dan Makanan (The Jurnal of Nutrition and Food Research), 37(2), 129-139.
[10] Sulastri, D. (2012). Faktor Determinan Kejadian Stunting Pada Anak Usia Sekolah Di Kecamatan Lubuk Kilangan Kota Padang. Majalah Kedokteran Andalas, 36(1), 39-50.
[11] Ngaisyah, R.D. (2015). Hubungan Sosial Ekonomi dengan Kejadian Stunting pada Balita di Desa Kanigoro, Saptosari, Gunung Kidul. Medika Respati 10(4).

Downloads

Published

2020-05-12

How to Cite

Sari, I. K., Wardah, A. R., & Suswardany, D. L. (2020). Karakteristik Orang Tua Pada Bayi Stunting Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Kabupaten Boyolali. Prosiding University Research Colloquium, 31–35. Retrieved from https://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1000