Evaluasi Perilaku Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Ditinjau dari Faktor Predisposisi Kejadian Tuberkulosis di Puskesmas Selogiri, Wonogiri

Authors

  • Nita Yunianti Ratnasari Akademi Keperawatan Giri Satria Husada Wonogiri

Keywords:

Tuberkulosis, Kepatuhan berobat, Predisposisi

Abstract

Kepatuhan berobat pasien merupakan salah satu faktor yang
menentukan dalam keberhasilan terapi, namun kepatuhan untuk
melakukan pengobatan oleh pasien tuberkulosis seringkali rendah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan berobat
penderita tuberkulosis di Puskesmas Selogiri Kabupaten Wonogiri.
Desain penelitian ini menggunakan studi cross-sectional deskriptif
analisis dengan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner
sebagai data primer dan kartu pengobatan pasien (Form TB 01) sebagai
data sekunder. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Selogiri pada
bulan Nopember sampai Desember 2017 yaitu pada pasien tuberkulosis
yang telah menyelesaikan pengobatan selama 2 bulan atau lebih.
Populasi seluruh pasien tuberkulosis yang berobat di Puskesmas
Selogiri, yang terdaftar dari bulan Januari 2016 sampai Desember
2017. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, dimana
data primer diperoleh peneliti dengan melakukan kunjungan ke rumah
responden, sementara data sekunder diperoleh dari P2 Puskesmas
Selogiri. Hasil penelitian dari 23 total responden selama menjalani
pengobatan menunjukkan jumlah responden yang patuh terhadap
pengobatan tuberkulosis lebih kecil dibandingkan responden yang tidak
patuh, yaitu 10 responden (43,47%) patuh sedangkan responden tidak
patuh 13 (56,52%). Kesimpulan penelitian ini tidak terdapat hubungan
antara faktor sosiodemografis, pengetahuan, efek samping obat, riwayat
penyakit lain dengan kepatuhan berobat penderita tuberkulosis di
Puskesmas Selogiri. Studi ini menunjukkan masih tingginya angka
ketidakpatuhan berobat penderita tuberkulosis. Oleh karena itu peran
keluarga/PMO dalam mengawasi pengobatan perlu ditingkatkan
sehingga penyebaran penyakit dan meluasnya resistensi bakteri dapat
dicegah.

References

Aditama, T.Y. (2004). Tuberkulosis Paru Masalah dan Penanggulangannya. Jakarta : UI Press
Akmalludin. (2002). Gambaran Tingkat Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru di
Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Tahun 2002. Skripsi. Program Sarjana
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Jakarta.
Aisyah. (2002). Hubungan Persepsi, Pengetahuan TB dan Pengawas Menelan Obat dengan
Kepatuhan Berobat Pasien TB Paru di Puskesmas Kecamatan Jatinegara Jakarta Timur
Tahun 2001. Tesis. Program Pasca Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia Jakarta.
Basuki, Endang S. (2009). Konseling Medik: Kunci Menuju Kepatuhan Pasien. Majalah
Kedokteran Indonesia, Vol 59, No 2, Februari.
Departemen Kesehatan. (2007). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. P. 8-88.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis.
Direktorat Bina Farmasi Komunikasi Klinik. Ditjen Bina Farmasi & Alkes. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis.
Direktorat Bina Farmasi Komunikasi Klinik. Ditjen Bina Farmasi & Alkes. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis Cetakan
ke-2. Jakarta
Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri.(2017). Jumlah Temuan Kasus Baru Tuberculosis Paru
Triwulan III. P2P Dinkes Kab. Wonogiri
F. P, Senewe. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Berobat Penderita
Tuberkulosis Paru di Puskesmas Depok. Buletin Penelitian Kesehatan, Vol 30, No. 1.
Hal 31-38
Hayati, Amelia. (2011). Evaluasi Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Paru Tahun 2010-
2011 di Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas Depok. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Departemen Farmasi. Universitas Indonesia Jakarta.
Irianto, Bambang. (2001). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat penderita
TB paru dengan strategi DOTS di Puskesmas Wilayah Kecamatan Kejaksan Kota
Cirebon. Skripsi. Program Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Pelaksanaan Hari TB Sedunia 2011. Ditjen
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.
Novitri, Rahmi. (2007). Tingkat Kepatuhan Berobat Pada Pasien Penderita Tuberkulosis dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya di Puskesmas Jembatan Serong Depok. Skripsi.
Program Sarjana Ekstensi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Departemen Farmasi. Universitas Indonesia Jakarta
Sastroasmoro, Sudigdo. (1995). Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, Sudigdo &
Sofyan Ismael. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.
Sarwani, D; Nurlaela, S; Zahrotul, IA. (2012). Faktor Resiko Multidrug Resistant Tuberculosis
(MDR-TB). Jurnal Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, 8 (1): 60-66.
Syahrizal. (2004). Analisis Kepatuhan Penderita TBC Paru BTA Positif dalam Menelan Obat di
RS Khusus Paru-paru Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2002. Tesis. Program Pasca
Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia Jakarta.
World Health Organization. (2009). Treatment of Tuberculosis Guidelines Fourth edition.
Geneva: World Health Organization.

Downloads

Published

2018-02-21

How to Cite

Ratnasari, N. Y. (2018). Evaluasi Perilaku Kepatuhan Berobat Penderita Tuberkulosis Ditinjau dari Faktor Predisposisi Kejadian Tuberkulosis di Puskesmas Selogiri, Wonogiri. Prosiding University Research Colloquium, 163–171. Retrieved from https://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/103